Detail Berita

Yogyakarta, kota yang dikenal dengan budaya dan sejarahnya yang kaya, kembali menyuguhkan sesuatu yang istimewa melalui pameran "Parama Iswari: Mahasakti Keraton Yogyakarta". Pameran ini berlangsung dari 6 Oktober 2024 hingga 26 Januari 2025 di Kedhaton Museum Kraton Yogyakarta. Ini adalah kesempatan langka untuk menyelami peran perempuan dalam sejarah Kraton Yogyakarta, khususnya peran para permaisuri yang menginspirasi.
Dengan tema yang menggugah, pameran ini ingin mengajak masyarakat untuk merefleksikan dan mendefinisikan ulang 'keperempuanannya'. GKR Bendara, selaku Penghageng Nitya Budaya, menyatakan bahwa peran perempuan tidak sebatas dalam lingkup domestik. Permaisuri-permaisuri dari Sultan Hamengku Buwono I hingga Sultan HB X dihadirkan sebagai sosok yang tangguh dan berpengaruh, bukan hanya sebagai pelengkap di belakang para raja.
Pameran ini menampilkan kisah tujuh permaisuri yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah. Salah satu contohnya adalah permaisuri Sultan HB VII yang mengelola keuangan kraton dengan sangat baik, menampilkan betapa pentingnya peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan kerajaan. Ini adalah upaya untuk melawan narasi kolonial yang seringkali mengecilkan peran perempuan sebagai ‘konco wingking’ atau teman di belakang. Kini, saatnya perempuan diperlihatkan sebagai negosiator, diplomat, dan ahli strategi.
Bukan hanya sekadar pameran, "Parama Iswari" juga menyajikan workshop dan public lecture, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendiskusikan peran perempuan dalam sejarah dan kehidupan modern. Ini merupakan langkah maju untuk menguatkan kesadaran akan pentingnya perempuan dalam setiap aspek kehidupan, baik di dalam rumah tangga maupun dalam konteks yang lebih luas.
Sejarah mencatat bahwa perempuan telah memiliki posisi yang penting dalam peradaban Jawa. Sejak abad ke-9, istilah Parameswari telah ada untuk menyebut perempuan utama dalam tatanan kerajaan. Tokoh-tokoh seperti Raden Ayu Kadipaten dan GKR Kencana bukan hanya dikenal sebagai istri sultan, tetapi juga sebagai penguasa dan pemimpin dalam berbagai situasi, termasuk dalam pertempuran dan pengelolaan keuangan.
Melalui pameran ini, pengunjung dapat memahami bahwa perempuan memiliki kekuatan yang luar biasa dan dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri. Ini adalah kesempatan untuk menyaksikan bagaimana perempuan-perempuan di Kraton Yogyakarta tidak hanya berperan dalam urusan domestik, tetapi juga berkontribusi secara aktif dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Pameran "Parama Iswari" adalah sebuah perayaan. Sebuah ajakan untuk merayakan kekuatan, ketangguhan, dan kontribusi perempuan dalam sejarah, sekaligus mendorong kita semua untuk lebih menghargai peran mereka dalam membangun masa depan yang lebih baik. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi pameran ini dan terinspirasi oleh kisah-kisah perempuan yang telah mewarnai sejarah Yogyakarta!
“Perempuan Punya kuasa atas dirinya. Mereka berdaulat dan merdeka untuk menentukan langkahnya” GKR Hemas
Berita Terkait
Liburan sekolah tiba, saatnya kita jalan-jalan! Kalau kamu masih bingung mau ke mana, Jogja bisa jadi pilihan yang pas. Bukan

Liburan nggak harus selalu tentang bersantai—kamu juga bisa menjadikannya momen untuk belajar hal baru. Di Yogyakarta, ada banyak tempat seru

Jogja memang tak pernah kehabisan pesona. Selain Malioboro, Taman Sari, dan Candi Prambanan yang sudah terkenal, ternyata Jogja juga menyimpan

Jogja memang nggak pernah kehabisan pesona. Selain terkenal dengan budaya dan kulinernya, kota ini juga punya banyak wisata alam. Tapi